Untuk mengurangi risiko kecelakaan bagi pengendara sepeda motor, pemerintah memberlakukan wajib helm Standar Nasional Indonesia (SNI) sejak pekan lalu. Namun, hingga kini sebagian besar orang belum mengetahui beda helm tanpa SNI dan helm dengan SNI.
"Masyarakat itu tahunya helm tanpa SNI lebih murah. Sisanya mereka tidak peduli terhadap keselamatan dirinya ketika mengendarai motor dan menggunakan helm sembarangan," kata Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Setiadi saat berbincang di kantornya, Jakarta, Rabu (7/4/2010).
Helm dengan label SNI jelas lebih terjamin kualitas dan mutunya dibandingkan dengan helm tanpa SNI. Pasalnya, helm SNI telah melewati serangkaian uji oleh BSN. Sayang, dari total produksi helm lokal sekitar 9 juta per tahun, sekitar 20-30 persen di antaranya berkualitas nonstandar.
Sekitar 30 persen helm yang beredar di pasar merupakan produk impor yang diduga nonstandar, terutama yang berasal dari China. Lantas, bagaimana membedakan helm SNI dan non-SNI?
Menurut Bambang, helm SNI yang sudah disertifikasi ditandai dengan pencantuman tanda SNI berupa emboss dan bukan ditempel atau menggunakan stiker. "Ini perlu dilihat baik-baik. Ada tanda SNI yang di-emboss enggak? Kalau enggak, itu palsu. Bukan SNI," terang Bambang.
Staf Ahli Asosiasi Industri Helm Indonesia (AIHI) Thomas Lim mengakui, saat ini ada indikasi produsen atau importir "nakal" yang memalsukan emboss lambang SNI. Padahal, produsen ini belum mengantongi sertifikasi SNI.
"Indikasi itu mulai ada. Emboss-nya dipalsukan, padahal sertifikasi itu enggak mudah lho prosesnya," tutur dia.
Modus lainnya, setelah memiliki sertifikasi produsen mulai mengurangi standar produk helmnya yang akan disebarkan di pasar. Hal senada disampaikan Bambang. Menurut dia, banyak oknum pengusaha nakal dan mencoba mengakali SNI.
"Itu sangat mungkin terjadi. Dan itu enggak hanya di helm, di produk lain seperti pupuk juga ada. Tetapi masyarakat yang akan menilai," cetusnya.
Untuk mengenali helm SNI palsu ini juga tidak mudah. Pasalnya, emboss SNI palsu hampir mirip dengan emboss yang asli. Kualitasnya juga sulit dibedakan dengan mata telanjang. Untuk itu konsumen harus cerdas dalam membeli helm SNI.
Thomas menyarankan agar konsumen membeli helm SNI di toko-toko yang dapat dipertanggungjawabkan. "Ya belilah helm di toko-toko besar yang kira-kira bisa dipertanggungjawabkan," tutur dia.
from: KOMPAS.com
KOMPAS/RIZA FATHONI
Pegawai menjajakan helm di toko perlengkapan bermotor di kawasan Larangan, Ciledug, Tangerang, Selasa (6/4/2010). Pemberlakuan standardisasi SNI (Standar Nasional Indonesia) pada helm meningkatkan permintaan helm. Penjualan helm SNI di toko itu naik empat kali lipat menjadi 80 buah per hari.
Helm dengan label SNI jelas lebih terjamin kualitas dan mutunya dibandingkan dengan helm tanpa SNI. Pasalnya, helm SNI telah melewati serangkaian uji oleh BSN. Sayang, dari total produksi helm lokal sekitar 9 juta per tahun, sekitar 20-30 persen di antaranya berkualitas nonstandar.
Sekitar 30 persen helm yang beredar di pasar merupakan produk impor yang diduga nonstandar, terutama yang berasal dari China. Lantas, bagaimana membedakan helm SNI dan non-SNI?
Menurut Bambang, helm SNI yang sudah disertifikasi ditandai dengan pencantuman tanda SNI berupa emboss dan bukan ditempel atau menggunakan stiker. "Ini perlu dilihat baik-baik. Ada tanda SNI yang di-emboss enggak? Kalau enggak, itu palsu. Bukan SNI," terang Bambang.
Staf Ahli Asosiasi Industri Helm Indonesia (AIHI) Thomas Lim mengakui, saat ini ada indikasi produsen atau importir "nakal" yang memalsukan emboss lambang SNI. Padahal, produsen ini belum mengantongi sertifikasi SNI.
"Indikasi itu mulai ada. Emboss-nya dipalsukan, padahal sertifikasi itu enggak mudah lho prosesnya," tutur dia.
Modus lainnya, setelah memiliki sertifikasi produsen mulai mengurangi standar produk helmnya yang akan disebarkan di pasar. Hal senada disampaikan Bambang. Menurut dia, banyak oknum pengusaha nakal dan mencoba mengakali SNI.
"Itu sangat mungkin terjadi. Dan itu enggak hanya di helm, di produk lain seperti pupuk juga ada. Tetapi masyarakat yang akan menilai," cetusnya.
Untuk mengenali helm SNI palsu ini juga tidak mudah. Pasalnya, emboss SNI palsu hampir mirip dengan emboss yang asli. Kualitasnya juga sulit dibedakan dengan mata telanjang. Untuk itu konsumen harus cerdas dalam membeli helm SNI.
Thomas menyarankan agar konsumen membeli helm SNI di toko-toko yang dapat dipertanggungjawabkan. "Ya belilah helm di toko-toko besar yang kira-kira bisa dipertanggungjawabkan," tutur dia.
from: KOMPAS.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar