Senin, 19 April 2010

Haruskah Cowok Mentraktir Cewek?

Haruskah cowok mentraktir cewek? Apakah setiap cewek selalu ingin ditraktir? Jangan anggap "enteng" soal traktir mentraktir ini. Perlu diketahui, tidak sedikit masa "PeDeKaTe" yang gagal karena masalah satu ini. Satu hal yang pasti, para cowok memang ingin terlihat "lebih", termasuk dalam urusan kantong.

Beberapa nilai religi memang menempatkan cowok pada posisi itu. Tapi, disadari atau tidak, justru faktor peradabanlah yang banyak berperan. Kalau saja cewek tidak selalu menempatkan cowok pada posisi yang lebih tinggi, porsi yang lebih besar, lebih kuat dan super -termasuk soal keuangan- mungkin masalahnya tidak akan serumit ini.

Memang tidak semua cewek seperti itu, namun demikian kira-kira dogma yang terlanjur terbentuk di masyarakat, terutama di Indonesia. Paling tidak, anggapan itu jelas terlihat dari penuturan cewek-cewek yang ditanyai Astaga!com, yang sebagian besar mengharapkan bertemu cowok yang bisa diandalkan, baik sebagai teman maupun pendamping hidup.

Trus terang, kata mereka, sulit bagi cewek memberi tempat kepada cowok yang kurang dari dirinya -dalam segala hal, terutama uang-. "Ya, cowok yang bisa ngasih nafkah lahir batin," jelas karyawati jebolan Universitan Padjajaran, "Cinta sih cinta, tapi saya nggak bisa membayangkan bagaimana kalau harus pacaran dan hidup dengan pengangguran."

Uang adalah Sejata Cowok
Bagaimana sikap cowok menghadapi hal itu? Ternyata sebagian besar cowok biasa memakai jurus "mengeluarkan dompet" sebagai aji pamungkas, dalam upaya menggaet para cewek. Tanpa diminta pun, nampaknya masalah uang ini sudah menjadi pertimbangan utama para cowok dalam upaya menarik atensi dan menunjukkan powernya di depan cewek.
Namun cewek yang mendapat perlakuan seperti itu sebaiknya jangan "ge-er" dulu. Asal tahu saja, para cowok sebenarnya tidak hanya mengeluarkan jurus itu kepada cewek yang diincarnya, melainkan juga kepada para sahabat, kolega dan anggota keluarga mereka. Tujuannya jelas untuk mendapat penghargaan dan akses yang lebih luas.
Tidak heran bila saat "perhitungan" tiba, para cowok berlomba-lomba menjadi pihak yang pertama mengeluarkan uang. Baik untuk membayar ongkos bus, taksi atau makan di restoran. Paling tidak, mereka akan terlihat sibuk mencari dompet di kantong. Ini mungkin sebuah trik, tapi bisa juga tuntutan. Satu hal yang pasti, para cowok umumnya akan merasa cukup puas mendapat tepukan di pundak dan ucapan terimakasih atas apa yang dilakukannya.
Tapi di luar itu, sebenarnya kemampuan para cowok juga terbatas. Bahkan tidak sedikit cowok yang "ngebela-belain" mentraktir cewek. "Prinsipnya, kita sama-sama enaklah. Kalau lagi ada, kita nggak keberatan mengeluarkan uang. Tetapi harus ada pengertian juga," kata seorang karyawan sebuah perusahaan asuransi di Jakarta.

Beban Cewek
Pertanyaannya sekarang, apakah para cewek selalu ingin ditraktir? Tidak juga. Malah sebagian besar cewek mengaku risih ditraktir cowok. Apalagi bila yang mentraktir itu cowok yang mempunyai maksud-maksud tertentu. "Saya selalu ada beban untuk bersikap baik kepada dia, padahal cuma ditraktir segelas orange juice."
Paling tidak, ada perasaan nggak enak untuk bertingkah cuek dan menghindar. Dan itu sangat membuat "BeTe". "Bayangkan, saya merasa harus selalu memperhatikan ceritanya, pura-pura interested dengan isi pembicarannya dan tertawa waktu dia ngelucu. Terus terang saja, saya merasa nggak enak hidup seperti itu."
Menurutnya, sebenarnya cewek lebih senang bila dilibatkan dalam hal bayar-membayar ini. "Paling tidak fifty-fiftylah. It's oke. Dengan begitu, saya tidak ada beban. Dan saya pikir, justru saya yang harus nraktir cowok makan, kalau memang saya yang mengajaknya," ujar seorang karyawati swasta di Jakarta. (imaulana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar