Jumat, 21 Mei 2010

In Memoriam : Laurentia Pasaribu (Mama Lauren)

Mama Lauren
23 Januari 1932-17 Mei 2010
 
Laurentia Pasaribu yang dikenal sebagai Mama Lauren (lahir di Eindhoven, Belanda, 23 Januari 1932 – meninggal di Jakarta, 17 Mei 2010 pada umur 78 tahun), putri pasangan Anna Breche dan Lau van Hooff ini adalah peramal terkenal di Indonesia yang sering meramal nasib Indonesia di masa depan. Mama Lauren berasal dari Eropa. Wisnu Lauren dan Beby Djenar adalah anak kandung dan angkat dari Mama Lauren dan Nuh Prabawa dan Krisna Mantra Prabawa dan merupakan cucunya. Mama Lauren pernah meramal berbagai hal, seperti Pulau Jawa terbelah dua, Pulau Madura tenggelam, dan prediksi akan terjadinya gempa besar.



Biografi

Mama Lauren ditinggal pergi oleh sang ibu, Anna Breche, kala usianya berusia tiga tahun. Inilah yang membuatnya tak begitu mengenal seperti apa sosok sang ibu.

Hal yang sama juga dirasakannya terhadap sang ayah, Lau van Hoof, yang berasal dari Belgia. Ia tak terlalu mendapat kasih sayang yang berlebih darinya. Sebelum menikah dengan ibunya, Hoof pernah menikah dan memiliki tiga anak. Belum lagi kesibukannya sebagai seorang arsitek membuatnya kerap bepergian ke sejumlah tempat. Hoof pernah memboyong keluarganya ke Belanda dan kemudian kembali lagi ke Belgia.

Dalam usia yang terbilang masih kecil, Mama Lauren juga harus kehilangan ayahnya. Sang ayah meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Ia kemudian dirawat ibu tirinya yang tak lain adalah tantenya.

Meski begitu, sedari kecil ia justru mendapat perawatan dari opanya yang berdarah Persia-Perancis, serta omanya, Antoineta, yang berdarah Spanyol. Dari Antoineta-lah ia mendapat perhatian lebih. Ia juga diajarkan bagaimana belajar memahami hidup dan mencintai sesama. Darinya ia belajar hidup dan Antoineta pulalah yang mengerti dan memahami tentang kelebihan dirinya.

Lauren kecil kerap dianggap anak yang aneh. Kelebihan Lauren dianggap mereka sebagai sebuah kutukan. Bahkan, tak jarang mereka menyebutnya sebagai seorang nenek sihir. Kelebihan inilah yang tak dipahami oleh orang-orang di sekitarnya. Tak sedikit dari orang tua teman sebayanya yang meminta anak-anaknya agar menjauh dari Lauren kecil.

Kelebihan Mama Lauren mulai terlihat ketika dia berusia 7 tahun. Kala itu, Perang Dunia II baru saja terjadi, tepatnya tahun 1939. Lauren yang tengah belajar di bangku kelas I SD tiba-tiba saja mendengar suara bisikan di telinganya. Suara itu menyuruhnya untuk cepat-cepat keluar dari ruang kelas. Suara itu terdengar berulang-ulang dan makin kencang tanpa ia tahu siapa yang mengucapkannya.

Dia sempat dibuat bingung. Namun, ia kemudian menyampaikannya kepada gurunya. Tetapi bukannya didengarkan, si guru malah memarahinya dan mengusirnya keluar dari kelas. Lauren kecil dituding menghayal dan tukang membual.

Tidak terima atas perlakuan orang-orang sekitarnya, Lauren kecil yang lugu dan polos memilih pulang sambil menangis. Ia kemudian menceritakan kejadian itu kepada Antoineta. Harga dirinya jatuh karena dianggap telah melakukan kebohongan dan mempermainkan gurunya. Namun, sesaat sampai di rumah, ia justru makin menangis sejadi-jadinya setelah mendengar kabar bahwa sekolahnya terkena bom dan ratusan orang tewas dalam peristiwa itu.

Menurut sang oma, Mama Lauren mendapatkan kemampuan istimewanya itu karena diturunkan nenek moyangnya. Nenek moyang Mama Lauren adalah kaum gypsy yang dianugerahi bakat khusus untuk bisa melihat masa depan.

Perkenalan Mama Lauren pada Indonesia terjadi ketika ia berjodoh dengan pria pribumi, Natakusuma. Mama Lauren dan Nata menikah pada 1957. Saat itu usia peramal yang ramalannya selalu dinanti setiap tahun tersebut baru berusia 20 tahun.

Setahun setelah menikah, Mama Lauren diboyong ke Indonesia. Kehidupannya dengan sang suami cukup memprihatinkan saat itu. Sebagai arsitek, Nata yang baru memulai karirnya, belum terlalu banyak mendapat proyek.

Perlahan kehidupan keluarga Mama Lauren membaik setelah ia dikaruniai anak pertama, Mario Lorens Natakusuma. Sayang di saat sudah mulai menikmati enaknya kehidupan, bisnis Nata hancur. Perekonomian keluarga mereka pun jatuh lagi.

Duka Mama Lauren semakin bertambah ketika pada 23 Februari 1973 ia kehilangan sang suami. Sebelum Nata meninggal, Mama Lauren mengaku sudah mendapat 'penglihatan', setahun sebelumnya. Ketika itu Mama Lauren sebenarnya sudah mengingatkan sang suami untuk memeriksakan kesehatannya, namun tidak diikuti.

Kepopuleran Mama Lauren dimulai ketika sebuah harian ibu kota memintanya mengisi rubrik ramalan. Dari situ banyak klien didapatnya.

Di usia 50 tahun, Mama Lauren pun kembali menemukan jodohnya. Pria tersebut bernama Hendrik dan usianya 15 tahun lebih muda darinya. Kebahagaiaan Mama Lauren pun bertambah karena putranya, Mario kemudian memberinya dua cucu yang lucu, Nuh Prabwa dan Kreshna.

Sayangnya lagi-lagi kebahagiaan itu harus terenggut. Menjelang kelahiran cucunya, Mama Lauren mendapat penglihatan buruk. Ia melihat Mario meninggal. Dan benar saja pada 4 Oktober 1985, putra pertamanya itu meninggal karena kecelakaan.

Dua kali kehilangan orang yang dicintainya, Mama Lauren berusaha tegar. Saat itu nama Mama Lauren pun semakin melejit. Klien dari berbagai kalangan, mulai dari politikus sampai selebriti berdatangan.

Ramalan-ramalannya pun selalu dinanti setiap tahun. Apalagi ia sempat meramal jitu mengenai tsunami yang terjadi di Aceh. Meski begitu Mama Lauren tidak mau disebut paranormal. Menurutnya kemampuannya yang istimewa itu bukanlah sesuatu yang klenik. Katanya lagi, kalaupun ada hal baik atau buruk terjadi pada manusia, itu karena ulah manusia sendiri.

Mama Lauren meninggal dunia dalam usia 78 tahun karena penyakit paru paru dan gangguan jantung pada hari Senin, 17 Mei 2010 pukul 21.37 WIB di RS PGI, Cikini. Pada saat dibawa ke rumah sakit Mama Lauren sudah mengalami sesak nafas, kondisi jantungnya buruk, dan paru-paru Mama Lauren dipenuhi cairan.

Jenazahnya disemayamkan di rumahnya di Jalan Kasuari 2 No.2 Cipinang, Jakarta Timur dan dikebumikan di TPU Menteng Pulo, Jakarta Selatan pada tanggal 18 Mei 2010.

Referensi http://id.wikipedia.org/wiki/Laurentia_Pasaribu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar